Pada tanggal 2 Maret 2013 untuk yang ke tiga kalinya saya dan seorang teman (Nopensius) melakukan perjalanan ke Sebatik. Salah satu tujuan saya dan teman melakukan perjalanan ke sebatik adalah untuk mensosialisasikan tentang Credit Union Daya Lestari kepada masyarakat yang berada disana.
Bagi saya, Sebatik merupakan pulau yang unik. Dalam perjalanan kami kesana, kami menyusuri wilayah pinggir Pulan dan melintasi perbatasan yang membelah pulau sebatik menjadi dua wilayah. wilayah Indonesia dan Malaysia. (dari gambar, Wilayah Malaysia yang berwarna putih). Pemukiman masyarakat di sebatik mengikuti jalan yang melingkari pulau sebatik itu sendiri.
Kami berdua berangkat dari Nunukan kira-kira pukul 14.00, melalui Pelabuhan penyebrangan Sungai Jepun di Nunukan, dengan menggunakan KM, kami menyebrang dengan 5 penumpang lainnya menuju Pelabuhan Binalawan di Sebatik ( salah satu dari 2 Tempat Tujuan Penyebrangan dari Nunukan - Sebatik, salah satunya adalah Pelabuhan Bambangan).
Dari pelabuhan Binalawan, kami bergerak dengan menggunakan motor (kebetulan kami berdua membawa motor) menyusuri pinggiran Pulau sebatik ke Kampung Lourdes (tempat tujuan pertama kami). Dalam perjalanan, banyak Pemukiman yang kami lewati, bahkan kami melewati desa Sungai Nyamuk, yang menurut kami merupakan salah satu daerah yang paling maju di pulau sebatik. sudah banyak infrastruktur yang diadakan disei nyamuk.Dari Binalawan sampai ke lourdes kami tempuh lebih kurang selama 1,5 jam, dengan jarak tempuh +/- 60 Km.
kampung Lourdes, adalah salah satu kampung yang dibentuk oleh para pendatang dari Timur (Flores). Banyak warga di situ yang masih bekerja di Malaysia ( kebetulan, banyak perkebunan milik Malaysia di Pulau sebatik), dan ada juga warga yang memang sudah tidak bekerja lagi dimalaysia dan lebih memilih untuk mengurus kebun mereka sendiri yang mereka miliki di sekitar kampung Lourdes.
Di Lourdes, kami mengadakan kegiatan kami mulai jam 7 malam sampat dengan jam 10.30, banyak masyarakat yang cukup antusias dalam mendengarkan sosialisasi kami. Dipertemuan yang kami adakan di Gereja Katolik itu, dihadiri 40 warga sekitar, 20 orang diantaranya sudah bergabung menjadi anggota CU Daya Lestari.
Keunikan yang saya lihat dari masyarakat di situ adalah, daerah tempat dimana mereka tinggal adalah dilereng-lereng gunung ( kebetulan P. Sebatik adalah daerah berbukit-bukit). bagi mereka, keluar negeri adalah hal yang biasa, pagi hari mereka menyebrang perbatasan untuk bekerja di perkebunan malaysia, sore hari mereka sudah berada bersama keluarga mereka Lourdes. Mereka juga sudah terbiasa menggunakan 2 mata uang sekaligus, jadi, masalah kurs mata uang adalah hal yang biasa bagi mereka.
Keesokan harinya, kami berangkat dari Kampung Lourdes menuju kampung Bukit Menangis, dan mengikuti Ibadat Sabda di Gereja Katolik Bukit Menangis.
Sebelum sampai Kampung Bukit Menangis, kami melewati jalan berbukit-bukit dan hanya separuh jalan saja yang baru diaspal ( Jalan aspal dari Desa Binalawan, baru mencapai Kampung Lourdes). Diantara Kampung Lourdes dan Kampung Bukit Menangis ada satu kampung yang mereka sebut Kampung Bukit Keramat (Belum bisa kami dapatkan alasan mengapa disebut Bukit Keramat). Namun kami tidak masuk ke kampung tersebut karena letaknya yang dilereng bukit dibawah jalan utama. Untuk masuk kekampung, kami harus berjalan kaki menuruni lereng selama lebih kurang 1 jam. (Saya pernah ke kampung itu pada bulan Maret 2012 lalu), dan sama seperti di Lourdes, warga di Kampung Bukit Keramat, adalah warga dari daerah Flores. diBukit Keramat, warga banyak yang berkebun Coklat dan Helia, juga Pisang dan beberapa Hektar Sawit.
Minggu, Jam 9 Pagi kami sampai dikampung Bukit menangis. Kampung ini juga unik, karena hanya terdiri dari 7 KK, jadi kami sosialisai disitu setelah kegiatan Ibadat Sabda sekitar jam 12 Siang sampai jam 16 sore. selama 2 jam kami bercerita tentang CU pada 10 Orang Masyarakat di Bukit menangis, akhirnya ada 2 orang yang memutuskan untuk bergabung dengan CU Daya Lestari di kampung tersebut.
Jam 16.10 kami memutuskan untuk pamit untuk kembali ke Nunukan, dari Bukit Menangis, kami tidak kembali melewati Kampung Lourdes, tetapi kami memutuskan menuruni Bukit dan melewati Desa Bambangan dan menyusuri Pantai menuju Desa Binalawan. Dari Bukit Menangis ke Desa Binalwan, kami tempuh lebih kurang selama 45 menit. 80 % Jalan masih belum diaspal dan berbatu-batu.
Dari Perjalanan, saya masih melihat, ternyata banyak sekali warga yang masih belum tersentuh oleh pembangunan, meskipun, mereka tinggal dekat sekali dengan Kota kabupaten dan Kecamatan. dari beberapa Desa Dipulau sebatik, mereka tidak pernah merasakan terangnya lampu listrik lebih dar 4 Jam dalam satu hari. bahkan untuk merasakan itu, mereka harus mengeluarkan uang dari 80.000-150.000 perbulan untuk iuran membeli solar.
Untuk membawa hasil kebun, mereka harus membayar ojek, karena sedikit sekali mobil yang melewati daerah mereka. bahkan tidak jarang ada yang harus rela berjalan kaki dari Desa Bambangan/Desa Aji Kuning untuk sekedar membeli sekarung beras dan beberapa kilogram gula, dengan mendaki atau melintasi jalan berbukit.
Sampai dengan saat ini,anggota CU Daya Lestari di dua kampung di Lourdes dan Bukit Menangis itu sendiri baru berjumlah 40 Orang, mudah-mudahan seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat bisa lebih terbuka untuk memikirkan masa depan mereka dan anak-anak mereka bersama CU.
_____________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar