Senin, 13 Mei 2013

Kita hanya menjadi siap dengan apa yang kita persiapkan

Itu adalah salah satu kalimat yang diucapkan oleh seorang fasilitator, ketika saya mengikuti sebuah kegiatan pelatihan keuangan. Mungkin ketika kita membaca tulisan itu, banyak sekali makna yang mungkin bisa kita terjemahkan sendiri. 
Banyak orang, bahkan diri saya sendiri, pernah menganggap hidup ini seperti air, kita harus mengalir mengikuti arus, kemanapun ia pergi. Tetapi anggapan itu ternyata keliru. Syukur-syukur air itu mengalir ketempat yang baik, laut misalnya. Tetapi, kalau ia mengalir menuju ke parit, atau bahkan ke safety tank?? emang kita mau ikut?? Kita ini manusia, bukan air. Kita harus hidup dengan penuh perencanaan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita menyerah kepada takdir. Takdir atau nasib atau apalah namanya itu hanya kita yang memberi namanya, semua tergantung pada keputusan kita, dan persiapan kita karena keputusan kita itu. Dan keputusan kita, pasti akan cepat atau lambat mengubah kehidupan kita. untuk itu, kita harus mempersiapkan dan merencanakan keputusan kita itu. Sebagai contoh, Saya dibesarkan di daerah Transmigrasi yang baru, di Kalimantan Timur, pada saat saya berusia, 10-15 tahun, banyak teman-teman sebaya saya, yang mengambil keputusan ( saat ini saya pikir, orangtua mereka juga yang menyebabkan mereka mengambil keputusan itu) untuk tidak bersekolah. mereka lebih memilih pergi ikut "survey" di perusahaan-perusahaan di sekitar daerah transmigrasi itu. Tentu saja, saya saat itu tergiur untuk ikut dengan mereka, tetapi, untungnya, orangtua saya, lebih memilih untuk mengirim saya ke Tarakan untuk sekolah. Seandainya saja, saat itu saya menolak dan memutuskan utnuk tinggal dan bekerja, mungkin saja saya bernasib sama dengan teman-teman yang lain. Saya tidak mengatakan bahwa mereka bernasib buruk saat ni, tetapi, paling tidak, saya lebih memiliki wawasan dan skil yang lebih baik untuk terjun kedunia kerja. Saya tidak perlu lagi bekerja yang kasar misalnya, bukan berarti saya mengatakan kerja kasar itu jelek, tetapi paling tidak, nasib saya sedikit lebih baik, daripada kedua orangtua saya. 

Kenapa kita harus merencanakan hidup? Ya tentu saja harus kita persiapkan. Bila kita belum berkeluarga, kita harus mempersiapkan berapa tahun kedepan kita akan berkeluarga, apa saja yang harus kita persiapkan, apa saja yang harus kita kerjakan. Bila kita sudah berkeluarga, kita harus memikirkan dan mempersiapkan kapan anak-anak kita masuk sekolah dasar, menengah, dan bahkan kuliahnya. Karena semakin ke depan, segala sesuatu harus dan memerlukan paling tidak biaya. Masa kini berbeda dengan 10 bahkan 20 tahun yang lalu. ketika inflasi tidak terlalu tinggi, ketika harga barang masih murah dan lain sebagainya. 
Hidup itu sederhana secara umum. Lahir, Tumbuh, Sekolah, Bekerja, Berkeluarga, Tua dan Meninggal Dunia. Tetapi, didalam menjalaninya tidaklah semudah yang digambarkan itu, setiap masa/'stage'membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dan pasti disetiap 'stage' ada saja krisis kehidupan yang terjadi, entah itu kehilangan pekerjaan, sakit, dan lain sebagainya. Apabila kita tidak mempersiapkan semua itu dari awal, tentu saja kita akan kesulitan untuk keluar dari krisis yang terjadi itu, dan banyak sekali yang akan kita korbankan untuk keluar dari krisis itu, bisa saja pendidikan anak-anak kita jadi terbengkalai, kita belum bisa memiliki rumah yang layak huni dan lain sebagainya. 

Mungkin juga, bila kita membaca tulisan ini, banyak diantara kita yang akan bilang seperti ini, enaklah kamu bisa bicara seperti itu, kamu kan punya pekerjaan baik,kamu kaya, dan lain sebagainya..... tetapi sebenarnya tidak begitu. Merencanakan masa depan, tidak harus memiliki penghasilan besar dulu, tetapi harus dimulai saat ini, dari diri kita sendiri,dimulai dari berapa yang bisa kita sisihkan untuk rencana kita.
Bagaimana caranya? caranya cukup mudah, kita hanya harus bisa menyisihkan penghasilan kita diawal untuk rencana-rencana kita, dan biasanya banyak diantara kita yang mengalami kesulitan luar biasa untuk menjaga agar kita konsisten dengan itu. 

Dan bagi kita yang ingin belajar untuk merencanakan keuangan dan masa depannya, ada baiknya kita bergabung bersama di Credit Union, sebuah lembaga keuangan yang tidak hanya melayani transaksi keuangan, tetapi juga memberikan pelatihan-pelatihan kepada anggotanya untuk tetap berkomitmen merencanakan keuangan dan masa depan mereka.

_____________________________________________________

Kamis, 14 Maret 2013

Sebatik............

Pada tanggal 2 Maret 2013 untuk yang ke tiga kalinya saya dan seorang teman (Nopensius) melakukan perjalanan ke Sebatik. Salah satu tujuan saya dan teman melakukan perjalanan ke sebatik adalah untuk mensosialisasikan tentang Credit Union Daya Lestari kepada masyarakat yang berada disana.
Bagi saya, Sebatik merupakan pulau yang unik. Dalam perjalanan kami kesana, kami menyusuri wilayah pinggir Pulan dan melintasi perbatasan yang membelah pulau sebatik menjadi dua wilayah. wilayah Indonesia dan Malaysia. (dari gambar, Wilayah Malaysia yang berwarna putih). Pemukiman masyarakat di sebatik  mengikuti jalan yang melingkari pulau sebatik itu sendiri.
Kami berdua berangkat dari Nunukan kira-kira pukul 14.00, melalui Pelabuhan penyebrangan Sungai Jepun di Nunukan, dengan menggunakan KM, kami menyebrang dengan 5 penumpang lainnya menuju Pelabuhan Binalawan di Sebatik ( salah satu dari 2 Tempat Tujuan Penyebrangan dari Nunukan - Sebatik, salah satunya adalah Pelabuhan Bambangan).
Dari pelabuhan Binalawan, kami bergerak dengan menggunakan motor (kebetulan kami berdua membawa motor) menyusuri pinggiran Pulau sebatik ke Kampung Lourdes (tempat tujuan pertama kami). Dalam perjalanan, banyak Pemukiman yang kami lewati, bahkan kami melewati desa Sungai Nyamuk, yang menurut kami merupakan salah satu daerah yang paling maju di pulau sebatik. sudah banyak infrastruktur yang diadakan disei nyamuk.Dari Binalawan sampai ke lourdes kami tempuh lebih kurang selama 1,5 jam, dengan jarak tempuh +/- 60 Km.
kampung Lourdes, adalah salah satu kampung yang dibentuk oleh para pendatang dari Timur (Flores). Banyak warga di situ yang masih bekerja di Malaysia ( kebetulan, banyak perkebunan milik Malaysia di Pulau sebatik), dan  ada juga warga yang memang sudah tidak bekerja lagi dimalaysia dan lebih memilih untuk mengurus kebun mereka sendiri yang mereka miliki di sekitar kampung Lourdes.
Di Lourdes, kami mengadakan kegiatan kami mulai jam 7 malam sampat dengan jam 10.30, banyak masyarakat yang cukup antusias dalam mendengarkan sosialisasi kami. Dipertemuan yang kami adakan di Gereja Katolik itu, dihadiri 40 warga sekitar, 20 orang diantaranya sudah bergabung menjadi anggota CU Daya Lestari.
Keunikan yang saya lihat dari masyarakat di situ adalah, daerah tempat dimana mereka tinggal adalah dilereng-lereng gunung ( kebetulan P. Sebatik adalah daerah berbukit-bukit). bagi mereka, keluar negeri adalah hal yang biasa, pagi hari mereka menyebrang perbatasan untuk bekerja di perkebunan malaysia, sore hari mereka sudah berada bersama keluarga mereka Lourdes. Mereka juga sudah terbiasa menggunakan 2 mata uang sekaligus, jadi, masalah kurs mata uang adalah hal yang biasa bagi mereka.
Keesokan harinya, kami berangkat dari Kampung Lourdes menuju kampung Bukit Menangis, dan mengikuti Ibadat Sabda di Gereja Katolik Bukit Menangis.
Sebelum sampai Kampung Bukit Menangis, kami melewati jalan berbukit-bukit dan hanya separuh jalan saja yang baru diaspal ( Jalan aspal dari Desa Binalawan, baru mencapai Kampung Lourdes). Diantara Kampung Lourdes dan Kampung Bukit Menangis ada satu kampung yang mereka sebut Kampung Bukit Keramat  (Belum bisa kami dapatkan alasan mengapa disebut Bukit Keramat). Namun kami tidak masuk ke kampung tersebut karena letaknya yang dilereng bukit dibawah jalan utama. Untuk masuk kekampung, kami harus berjalan kaki menuruni lereng selama lebih kurang 1 jam. (Saya pernah ke kampung itu pada bulan Maret 2012 lalu), dan sama seperti di Lourdes, warga di Kampung Bukit Keramat, adalah warga dari daerah Flores. diBukit Keramat, warga banyak yang berkebun Coklat dan Helia, juga Pisang dan beberapa Hektar Sawit.
Minggu, Jam 9 Pagi kami sampai dikampung Bukit menangis. Kampung ini juga unik, karena hanya terdiri dari 7 KK, jadi kami sosialisai disitu setelah kegiatan Ibadat Sabda sekitar jam 12 Siang sampai jam 16 sore. selama 2 jam kami bercerita tentang CU pada 10 Orang Masyarakat di Bukit menangis, akhirnya ada 2 orang yang memutuskan untuk bergabung dengan CU Daya Lestari di kampung tersebut.

Jam 16.10 kami memutuskan untuk pamit untuk kembali ke Nunukan, dari Bukit Menangis, kami tidak kembali melewati Kampung Lourdes, tetapi kami memutuskan menuruni Bukit dan melewati Desa Bambangan dan menyusuri Pantai menuju Desa Binalawan. Dari Bukit Menangis ke Desa Binalwan, kami tempuh lebih kurang selama 45 menit. 80 % Jalan masih belum diaspal dan berbatu-batu.

Dari Perjalanan, saya masih melihat, ternyata banyak sekali warga yang masih belum tersentuh oleh pembangunan, meskipun, mereka tinggal dekat sekali dengan Kota kabupaten dan Kecamatan. dari beberapa Desa Dipulau sebatik, mereka tidak pernah merasakan terangnya lampu listrik lebih dar 4 Jam dalam satu hari. bahkan untuk merasakan itu, mereka harus mengeluarkan uang dari 80.000-150.000 perbulan untuk iuran membeli solar.
Untuk membawa hasil kebun, mereka harus membayar ojek, karena sedikit sekali mobil yang melewati daerah mereka. bahkan tidak jarang ada yang harus rela berjalan kaki dari Desa Bambangan/Desa Aji Kuning untuk sekedar membeli sekarung beras dan beberapa  kilogram gula, dengan mendaki atau melintasi jalan berbukit.

Sampai dengan saat ini,anggota CU Daya Lestari di dua kampung di Lourdes dan Bukit Menangis itu sendiri baru berjumlah 40 Orang, mudah-mudahan seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat bisa lebih terbuka untuk memikirkan masa depan mereka dan anak-anak mereka bersama CU.

_____________________